Wednesday, October 3, 2012

Journey

It's a long long journey
Till I know where I'm supposed to be
It's a long long journey
And I don't know if can believe
When shadows fall and block my eyes
I am lost and know that I must hide
It's a long long journey
Till I find my way home to you

Many days I've spent driffing on Through empty shores
Wondering what's my purpose
wondering how to make me strong
I know I will falter , I know I will cry
I know you be standing by my side
It's long long journey
And I need to be close to you

Sometimes it feels no one understand
I don't even know why I do the things I do
when prides bulids me up till I can't see my soul
Will you break down this walls and pull me through

Cause it's a long long journey
till I feel that I'm worth the price
You paid for me on calvary
beaneath those stromy skies

When satan mocks and friends turn to foes
It feels like everthing is out to make me lose control
Cause it's a long long journey
Till i find my way home to you.. to you

Tuesday, October 2, 2012

Setelah Sunset ke 46


Bulan oktober ini tepat 1 tahun dia meninggalkanku, tanpa sebab dan tanpa kata. Mmhh.. Entahlah mungkin dia punya alasan tersendiri mengapa harus meninggalkanku.

Aku juga bingung kenapa aku bisa jatuh hati padanya, yaa, aku sama seperti perempuan yang lain yang suka diperhatikan eeeits.. tapi tidak dengan cowok yang satu ini, dia dingin dan cuek sunguh buat aku penasaran akan tingkah lakunya padaku.

Ingatku setiap malam handphoneku berdering, bukan alarm pastinya tapi telepon darinya. Kami bercerita sepanjang malam, ada saja topik yang kita obrolkan, disaat bersamaan terdengar dia memainkan gitar 'Together with the Sundown' lagu milik Stephen Jerzak yang dia nyanyikan untukku. Lagu yang sangat lembut tapi berarti perasaan yang sungguh. Banyak pelajaran yang aku terima sejak aku dekat dengannya, pelajaran tentang kedewasaanlah yang tak pernah ku dapat dari pria lain. Itulah salah satu faktor mengapa aku menyukainya.
Ayam berkokok ketika kami masih saja asyik mengobrol. Lupa waktu saat berbagi cerita sudah biasa kita lewati tiap malam.

Hal yang aneh aku rasakan tiba-tiba dia tak pernah meneleponku selama beberapa hari ini, ada yang aneh, ada apa dengannya? Berfikir positif, itu yang aku lakukan. Sebentar lagi dia ulang tahun yg ke 23thn, aku sibuk mencarikannya hadiah yang mungkin bisa dipakai. Sepasang sepatu itulah kado dariku telah aku siapkan dari sehari sebelumnya tak lupa kue tart juga sudah ku pesan, pelengkap untuk memeriahkan kejutan yang akan kubeikan padanya. ((: Sampai,


"Maaf yaa, aku nggak mau gantung hubungan kita. Tapi aku belum siap untuk waktu ini, masih banyak yang harus aku fokuskan. Aku nggak mau nyakitin kamu juga untuk kedepannya, sekali lagi maaf kalau ada salah. Kita jalan masing masing dulu Yaa"

Bbm yang aku terima 2 jam sebelum tanggal ulang tahunnya. Hatiku beku, bingung dan bimbang begitu banyak prasaan ini untuknya. Tak sanggup lagi untuk berkata, hanya air mata membasahi pipiku. Ingin rasanya kue dan hadiah untuknya kubuang jauh dari hadapanku, tak sanggup raga ini datang menemuinya dihari bahagianya. Malam semakin larut, menuntutku untuk mengambil keputusan dan ada satu hal yang membuatku kuat yaitu pikiranku sendiri. Kuhapus air mata, aku berdiri, aku harus tetap menemuinya dan akan memberinya kebahagian dihari ultahnya walau hati ini terluka, aku harus bisa tegar di hadapannya.

"HAPPY BIRTHDAY"
Dengan berjalan pelan aku membawa kue itu ke hadapannya. Dia tak berkata-kata, kaget dan terlihat ingin menangis. Dia mencium keningku saat aku mengucapkan selamat ulang tahun. Aku masih merasakan perasaan yang sama saat dia menciumku sebelumnya. Apa yang sebenarnya membuatnya membuat pernyataan seperti itu? Pertanyaan yang selalu muncul dalam otakku.  

Keesokan harinya aku memutuskan untuk menemuinya untuk yang terakhir kalinya. Aku memintanya untuk menemaniku satu hari ini. Saat kita bertemu hanya diam yang menyelimuti kita, sedikit kata yang terucap darinya, dia memposisikan kepalanya dan tertidur dipangkuanku. Aku memandangnya sejenak dan berkata dalam hati, "Hey, kau berubah terlalu cepat, harus dengan cara inikah? Hari ini saja aku memohon untuk menemaniku tapi, kau malah tertidur. Kau sama sekali tak menggangapku ada. Teringat saat dirimu meyakinkanku untuk memilihmu, Bila aku hanya sesaat bagimu, kenapa kau biarkan aku menyayangimu? Aku mengenalmu lewat jiwa, bukan lewat mata. Aku tak tau seperti apa kau memandangku, selayak apa aku di kehidupanmu tapi, yang aku tahu meski dengan kekuranganku ada dirimu di hati ini. Aku tak pernah menyesal apa yang sedang ku alami sekarang, bahkan saat kau mengacuhkanku. Waktuku sudah habis, aku harus pulang. Tak banyak yang bisa aku lakukan disini, aku sudah cukup senang bisa berada di sisimu untuk yang terakhir kalinya, sekarang aku akan belajar menjalani hariku tanpamu, walau sebenarnya aku tak ingin mengakhirinya, tapi semua ini telah terjadi. Semoga kemarin dan hari ini bisa jadi kenangan indah untukmu dan sebagai tanda perpisahan kita.Terimakasih karena kau pernah mengisi hari-hari dalam hidupku walaupun hanya dengan waktu yang singkat" Aku membangunkannya, hanya kata hati-hati yg terdengar jutek dari mulutnya. Sangat sedih saat mendengarnya. Biasanya saat aku pulang dia memintaku untuk menciumnya, memintaku untuk mengabarinya saat tiba dirumah tapi sekarang tak ku dengar lagi kalimat itu dari mulutnya bahkan aku tak melihat senyumnya yang mengiring kepergianku.

Aku tidak pulang, aku pergi dengan sahabatku. Melihat sunset sore hari ini memang sudah aku rencanakan sebelumnya, walau sedikit memaksa sahabatku untuk menemaniku melewati hari ini. Aku berjanji pada diriku sendiri, setelah ini aku akan mencoba terbiasa tanpanya seperti 46 hari yang lalu saat aku belum mengenalnya. Aku duduk memandang ke arah laut, menatap indahnya matahari sore dan dengan ditemani alunan lagu sendu, aku mulai menulis cerita ini. Aku tak tau kapan cerita ini bisa aku selesaikan. Tapi aku berjanji pada diriku sendiri, setelah tulisanku ini selesai, aku akan memberikannya padanya. Mungkin saja dia sudah melupakanku tapi, aku tidak. Hidupku adalah tentang aku harus menjadi siapa dan siapa diriku ini. Aku tidak pernah merasa biasa, karna Aku tidak biasa dan Aku tidak mau menjadi biasa. Masih banyak yang harus aku hadapi, kehilangan dan kematian, tapi aku juga tidak pernah merasa lebih kuat dan lebih jujur pada diriku sendiri saat aku bersamanya.


Mulai dari saat itu, aku dan dia tak pernah berkomunikasi apalagi bertemu dengannya, sampai dengan hari ini aku menulis cerita ini "Dharmadi".